Selasa, 31 Maret 2009

Padi Pot Dimakan Tikus

Pagi ini benar-benar mengesalkan. Padi yang kutanam dalam dua pot habis dimakan tikus, sampai akarnya tercerabut dari pot. Padahal padi ini sudah mulai gemuk dan warnanya hijau tua, segar, mengingat di awal pertumbuhannya memerlukan perjuangan berat dan dramatis.
Bagaimana tidak? Benih padi adalah diambil dari sebagian gabah yang siap tebar di persemaian, namun tidak jadi ditebar karena pemiliknya keburu dibunuh orang dengan luka di kepala akibat dicangkul. Pada saat cek TKP, salah satu rekan membawa sebagian benih ini untuk barang bukti, dan sisanya yang hanya segenggam dan berserakan di meja ku"amankan" untuk kutanam dalam pot. Namun kondisi pada saat aku tanam, benih sudah mulai mengering akar kecambahnya.
Sekitar satu minggu kemudian benih yang kutebar di Polybag tumbuh, dan beberapa aku pindahkan ke dalam pot yang berisi tanah dicampur kompos. Setiap tiga hari sekali aku siram dengan larutan MOL encer seperti saran Pak Sobirin Zero Waste. Sebulan kemudian tampak pertumbuhannya agak tersendat karena terus-terusan diganggu tikus. Dan puncaknya....... pagi ini tanaman padiku tamat riwayatnya seperti riwayat pemiliknya......... Innalillahi wainna ilaihi rojiuunn.......

Senin, 30 Maret 2009

Janji

Janji. Kata sederhana, sarat makna. Hari ini berlangsung acara peletakkan batu pertama pembangunan barak bujangan di kantorku, Polres Metro Bekasi Kabupaten. Hadir Wakil Bupati Bekasi Drs. Daarip Mulyana dan dalam sambutannya terselip beberapa "janji" untuk kemajuan Kabupaten Bekasi. Diantara janji-janji itu antara lain adalah meningkatkan koordinasi dalam berbagai bidang antara Polres Metro Bekasi Kabupaten dan Pemkab Bekasi, pembangunan fasilitas barak bujangan yang saat ini baru tahap pertama (lantai 1) dan akan segera dilanjutkan ke tahap berikutnya (lantai 2), dan analisis kemacetan lalu-lintas yang sebaiknya memberdayakan petugas Polisi Lalu-lintas Polres Mettro Bekasi Kabupaten daripada menggaji tenaga honorer Dinas Perhubungan yang belum terlatih dan kualitasnya masih diragukan.

Aku cukup senang mendengar pidato itu. Tapi, dari sekian deretan janji dan "berita" bahwa anggaran Pemkab Bekasi cukup untuk mendanai beberapa proyek di Kabupaten Bekasi, kok tidak ada janji tentang peningkatan kualitas lingkungan hidup dengan memberdayakan para pamong desa sampai dengan Pemkab. Aku jadi tergelitik, mungkin perlu juga aku menyumbangkan pemikiranku tentang PEMBERDAYAAN BABINKAMTIBMAS SEBAGAI KADER LINGKUNGAN. Mungkin saja, Pak Wakil Bupati lupa menyebutkan tentang peningkatn kualitas lingkungan hidup, karena memang realisasinya harus melibatkan seluruh penduduk Kabupaten Bekasi, dan itu bukan perkara mudah, sehingga beliau tak berani janji terlalu banyak. Janji, mudah diucapkan namun sulit direalisasikan. Yang lebih bijak adalah, belajar melakukan kebaikan dengan tulus, berkelanjutan, dan pasti berguna bagi diri sendiri dan orang lain, tanpa janji apapun, karena janji adalah hutang.

Senin, 23 Maret 2009

Kampanye Politik Tidak Peduli Lingkungan

Sudah seminggu kampanye Parpol dan caleg berjalan. Segala atribut partai dari bendera, spanduk, baliho, poster dll bertebaran di mana-mana bahkan sampai gang kecil di perkampungan. Suatu hari di tembok pagar rumahku juga tertempel sticker bergambar foto salah seorang caleg partai tertentu. Aku kaget, lalu buru-buru aku lepas. Aku tanyakan ke tetangga depan rumah, berharap beliau tahu siapa yang menempelnya. Ternyata tidak tahu juga, sama seperti keluargaku. Aku sampaikan kepada tetanggaku itu bahwa aku tidak berpartai, netral, dan sama sekali aku tidak punya kepentingan apa-apa dengan partai ataupun caleg manapun.

Aku baca di sticker itu tertulis bahwa Si Caleg ini mengklaim dirinya sebagai pejuang kaum buruh. Aku berfikir, dari sekian banyak iklan partai di televisi dan radio, spanduk dan alat peraga lain, tidak ada satupun partai atau caleg yang mengusung tentang pengelolaan lingkungan hidup. Janji kesejahteraan dan lapangan kerja di masa sulit begini??? Aku berfikir lagi, kesejahteraan yang bagaimana yang mereka maksud? Apakah hanya pekerjaan, sembako murah, pendidikan gratis bla bla bla? Bukankah kelestarian lingkungan hidup adalah pangkal dari kesejahteraan? Bayangkan, jika banyak lapangan kerja, sembako murah, pendidikan gratis tetapi lingkungan rusak dan tercemar, lalu orang sakit keracunan air sumurnya sendiri, orang bengek mencium bau sampah, orang mati terkubur longsoran sampah, dan terakhir orang mati dan terpaksa dikubur di tanah yang sudah tercemar sampah plastik. Hiiiiiii syeremmm.

Aku, selama hidupku belum pernah sekalipun memilih dalam pemilu. Karena pekerjaanku aku juga tidak berpartai. Tetapi bukan berarti aku tidak mengamati apa yang terjadi di sekitarku, bukan berarti aku tak mendengar keluhan orang lain yang merasa kecewa akan janji-janji yang memabukkan. Aku hanya khawatir, jika orang-orang yang kecewa ini nantinya berkumpul dan membuat gerakan yang dapat merugikan orang banyak, aku juga akan menjadi repot karenanya. Pasti aku akan sulit untuk menikmati waktu bersama anak dan keluargaku, dan hari libur jadi barang mewah dan sulit dijangkau. Siaga satu...

Jumat, 20 Maret 2009

Compost Fever

Sudah hampir tiga bulan ini aku tergila-gila pada pengelolaan sampah rumah tangga. Sebenarnya sudah dari tahun 2002 aku mengetahui salah satu metode pengelolaan sampah rumah tangga, namun belum ketemu waktu yang pas untuk menggilainya seperti sekarang. Pernah beberapa kali mencoba, hasilnya mengecewakan karena waktu dan tuntutan pekerjaan yang kadang bikin badan dan otakku harus terpecah belah.

Namun selalu ada jalan untuk sebuah kemauan. Dari teman kerja satu ruangan, tetangga, suami, pembantu, bahkan anakku yang baru 19 bulan aku jadikan peserta kampanyeku tentang pengelolaan sampah. Dan hasilnya, belum genap 100 hari masa kampanye, Compost Fever telah menginfluence beberapa teman, tetangga dan tentu saja seluruh anggota keluarga kecilku.

Suatu pagi, anakku bangun tidur langsung ke pekarangan samping rumah dan berteriak "Mbuuuk...Mbaak... Bapaakkk... ini niih" sambil menunjuk ke arah pot bunga (re-use polybag bekas kemasan pewangi pakaian) yang baru beberapa aku susun. Ooo .. ternyata ada pot yang rubuh dan tanahnya tumpah. Tanamannya juga bubar jalan. Kukatakan kepada anakku, Nak, mungkin potnya ditabrak Siti(kus) yang tadi malam gerilya, sambil kubetulkan letak pot dan tanaman kutanam lagi .... Aku berfikir, mungkin anakku sudah kena compost fever alias demam kompos dan mulai suka tanaman .....

PEMBERDAYAAN BABINKAMTIBMAS SEBAGAI KADER LINGKUNGAN



Babinkamtibmas atau Bintara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat adalah anggota Polri berpangkat bintara yang bertugas sebagai pembina keamanan dan ketertiban masyarakat di tingkat desa/ kelurahan, sebagaimana tertuang dalam Buku Petunjuk Lapangan Kapolri No. Pol. : Bujuklap/17/VII/1997 tanggal 18 Juli 1997 tentang Babinkamtibmas. Seiring perkembangan zaman dan dengan diterapkannya kebijakan dan strategi Kapolri tentang perpolisian masyarakat (Polmas) atau dalam istilah asingnya community policing, maka peran Babinkamtibmas atau petugas Polmas tidak saja sebagai pembina, namun sebagai mitra bagi masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan sosial aspek kamtibmas di lingkungannya (problem solving).


Masyarakat yang merupakan stake holder pelayanan Polri tentu mendambakan layanan prima dari sosok yang telah “ditakdirkan” oleh undang-undang sebagai pelayan, pelindung dan pengayom bagi mereka. Kemampuan masyarakat dalam menyelesaikan permasalahan di lingkungannya tidak datang serta merta, apalagi pada masyarakat yang berpendidikan rendah dengan pengetahuan tentang hukum sangat minim. Kondisi masyarakat seperti ini bagaikan bom waktu bagi Polri yang pada suatu ketika akan memberikan kejutan berupa angka kriminalitas yang tinggi dan sulit dikendalikan. Untuk itu perlu dipikirkan suatu cara yang mampu menjembatani antara Polri dan masyarakat sehingga tercipta suatu hubungan harmonis yang akhirnya dapat bersimbiosis mutualisme bagi kesejahteraan masyarakat dan situasi kamtibmas yang kondusif.


Kegiatan yang diintensifkan dalam rangka percepatan program Polmas antara lain adalah kunjungan kepada masyarakat yang dilakukan oleh Babinkamtibmas, petugas Polmas maupun petugas BKPM atau Polpos. Tingkat keberhasilan dari kegiatan kunjungan ini dapat diukur dengan meningkatnya partisipasi masyarakat dalam memberikan kontribusi dalam penciptaan situasi kamtibmas yang kondusif. Setelah sekian lama kegiatan kunjungan ini berjalan, seberapa besarkah tingkat keberhasilan kegiatan kunjungan ini? Seberapa efektifkah penyampaian pesan kamtibmas oleh petugas Polri dan direspon baik oleh masyarakat?


Issue Pemanasan Global sebagai titik tolak


Issue pemanasan global (global warming) yang akhir-akhir ini menjadi topik hangat yang ramai dibahas di berbagai media massa maupun beberapa situs internet oleh para pakar lingkungan, hendaknya segera membuat kita sadar bahwa bumi kita yang hanya satu-satunya ini sudah mulai tua dan sakit-sakitan. Mengapa penulis berpendapat demikian? Ya, mari kita asumsikan bahwa bumi kita seperti manusia, jika tidak terawat akan mudah sakit, dan jika tidak diobati maka akan cepat mati. Manusia jika sudah tua rambutnya akan rontok dan lama-lama menjadi botak, apalagi jika menderita sakit kronis yang harus mendapat kemotherapi. Nah, kondisi bumi kita sekarang juga seperti itu, hutan-hutan gundul karena pembalakan liar, longsor dan banjir dimana-mana, pencemaran limbah bahan beracun berbahaya (limbah B3) dari industri yang tidak bertanggung jawab, dan yang paling ironis dan cukup mengkhawatirkan adalah minimnya kepedulian masyarakat untuk mengelola sampah di lingkungannya.


Berangkat dari kenyataan tersebut, penulis berpendapat bahwa Polri belum mengambil peran dalam keikutsertaan menjaga kelestarian lingkungan. Gerakan tanam seribu, sejuta bahkan semilyar pohon tidak akan berarti apa-apa jika tidak diikuti dengan langkah-langkah pemeliharaan yang kontinyu dan konsisten. Apakah kita pernah menengok pohon yang dulu kita tanam? Apakah dia mati atau harus hidup terlantar karena bersaing dengan tanaman liar? Apakah pohon-pohon kita itu mampu meredam suhu di permukaan bumi yang mulai naik?


Pimpinan Polri tidak henti-hentinya menekankan dalam setiap kebijakannya bahwa kita harus menjadi pelayan yang baik, mitra yang baik bagi masyarakat. Bagaimana mungkin kita bisa menjadi mitra yang baik bagi masyarakat jika keberadaan anggota Polri di lapangan justru tidak mendapat tempat di hati masyarakat? Sudah berbagai cara dan strategi ditempuh untuk meraih simpati masyarakat, namun tingkat keberhasilannya masih sulit diukur karena masyarakat yang dinamis. Faktor yang menghambat terbentuknya image positif masyarakat terhadap Polri adalah masih adanya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh beberapa anggota Polri dan yang harus kita sadari bahwa banyak program Polri yang hanya “sak gebyaran” atau hanya sekilas saja dan tidak berkelanjutan.


Orang bijak berkata, seribu jalan menuju Roma. Mengapa kita tidak berani untuk mencoba menempuh jalan yang ke seribu satu? Siapa tahu jalan ini lebih menyenangkan dan jaraknya lebih dekat. Bisa saja issue pemanasan global sebagai titik tolak untuk membuat program baru yang mungkin lebih efektif dalam menyentuh masyarakat yang kita dambakan sebagai subjek bagi terciptanya situasi kamtibmas yang kondusif. Harus diingat bahwa kemiskinan dan kebodohan berperan sangat implikatif terhadap kejahatan, maka yang harus dibangun tidak saja kesadaran hukum masyarakat tetapi juga bagaimana petugas memberikan jalan bagi masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.


Babinkamtibmas sebagai kader lingkungan


Tidak mudah mengemban tugas sebagai Babinkamtibmas dengan cakupan wilayah tugas yang cukup luas (satu desa/ kelurahan atau lebih) dan karakteristik kerawanan daerah yang bervariasi. Belum lagi kondisi sosio kultural masyarakat yang terkadang dapat menjadi faktor korelatif kriminogen bahkan jika tidak segera diatasi akan menjadi police hazard atau meningkat sebagai ancaman faktual. Babinkamtibmas sebagai ujung tombak program perpolisian masyarakat (polmas) dituntut memiliki inovasi kreatif agar dapat membaur dengan masyarakat mitra kerjanya (bukan lagi masyarakat binaan) secara harmonis. Dalam hubungan yang harmonis ini akan lebih mudah bagi Babinkamtibmas dalam menyampaikan himbauan dan pesan kamtibmas dengan lebih mengena dan berkesan di hati masyarakat. Dan selanjutnya akan mudah digalang partisipasi aktif masyarakat dalam penciptaan situasi kamtibmas yang kondusif.


Adakalanya Babinkamtibmas dituntut dapat berperan sebagai sahabat bagi masyarakat di desa tempatnya bertugas, yang selalu bersedia mendengar keluh kesah dan mampu memberikan solusi atau setidaknya ketenangan bagi sahabatnya, yaitu masyarakat. Disadari atau tidak, masalah kebersihan lingkungan dan tempat pembuangan sampah yang tadinya tidak menjadi masalah bagi sekelompok orang, suatu saat akan menjadi pemicu timbulkan kerawanan kamtibmas, terutama bagi masyarakat pedesaan yang tidak memiliki sistem pengelolaan sampah lingkungan yang baik. Bau yang ditimbulkan oleh tumpukan sampah yang tidak terkelola, dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan pencemaran air tanah. Jika hal ini terus didiamkan maka akan memicu timbulnya perselisihan antar warga terutama bagi warga yang tempat tinggalnya berdekatan dengan tempat pembuangan sampah atau sebagian tanahnya digunakan oleh warga sebagai tempat pembuangan sampah. Sebagai anggota Polri, Babinkamtibmas harus jeli memprediksi hal yang kelak dapat menjadi embrio permasalahan sosial aspek kamtibmas. Untuk itu Babinkamtibmas dapat berperan sebagai kader lingkungan bagi masyarakat di wilayah kerjanya dengan memberdayakan seluruh komponen masyarakat sebagai subjek dalam penciptaan lingkungan yang bersih, sehat, tertib, aman dan lestari.


Mengapa harus Babinkamtibmas? Ya, karena Babinkamtibmas dalam pelaksanaan tugasnya tidak melakukan tindakan represif kepolisian seperti penangkapan dan penahanan. Sehingga hal ini menimbulkan efek psikologis bagi masyarakat bahwa mereka tidak perlu takut untuk berdekat-dekat dan berakarab-akrab dengan Babinkamtibmas. Masyarakat menaruh harapan besar kepada Babinkamtibmas sebagai mitra dan pengayom mereka.

Masyarakat sebagai produsen dan konsumen


Masyarakat sebagai produsen sampah harus mulai diberikan edukasi mengenai pentingnya pengelolaan sampah secara baik, terencana, dan berkelanjutan. Efek yang secara awam akan mudah dipahami masyarakat dari kegiatan tersebut adalah terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat. Jika hal ini mampu dilakukan oleh seluruh komponen masyarakat yang dimotori oleh semua Babinkamtibmas, maka pengaruhnya akan dapat dirasakan oleh seluruh makhluk hidup di muka bumi ini dengan membaiknya kondisi alam dan pengurangan efek pemanasan global.


Tentu saja Babinkamtibmas tidak bekerja sendiri, edukasi mengenai pengelolaan sampah dapat dimulai dari kegiatan sosial bersama yang dilakukan oleh Polri dan masyarakat atau dengan menggerakkan Forum Kemitraan Polisi – Masyarakat (FKPM) yang telah terbentuk. Kegiatan sosial bersama ini dapat berupa kerja bakti membersihkan lingkungan pemukiman dan sampahnya dikumpulkan pada satu lokasi yang telah ditentukan. Sampah yang telah terkumpul kemudian dipilah-pilah sesuai jenisnya, organik dan anorganik. Sampah organik diolah menjadi pupuk organik atau kompos, dan sampah anorganik dapat dipilah lagi mana yang masih dipakai lagi, mana yang bisa didaur ulang, dan mana yang harus dimusnahkan. Sampah anorganik dapat juga dibuat bahan kerajinan tangan yang bernilai ekonomi cukup menggiurkan jika dibuat dengan sentuhan seni. Pembuatan pupuk organik dan pembuatan kerajinan tangan ini dapat dilatihkan kepada seluruh komponen masyarakat baik remaja putus sekolah, ibu rumah tangga maupun siapa saja yang ingin menambah penghasilan keluarga.


Kegiatan kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah secara baik akan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat, baik dari segi kesehatan maupun dari segi ekonomi karena mampu menghasilkan income yang dapat menghidupi banyak keluarga. Tidak menutup kemungkinan, kegiatan yang berawal dari “bersenang-senang bersama Polisi membersihkan lingkungan” menjadi kebanggaan menikmati keuntungan dari penjualan pupuk organik yang diproduksi oleh pabrik kompos yang dikelola oleh masyarakat. Pengolahan sampah organik pada skala kecil atau skala rumah tangga hasilnya dapat langsung dinikmati oleh pengolahnya, namun pada skala besar atau home industri, masyarakat dapat menjadi produsen pupuk organik dan sebagian masyarakat yang lain sebagai konsumen atau pembelinya untuk meningkatkan hasil pertanian.



Kampanye kelestarian lingkungan hidup


Bagaimana edukasi terhadap masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah ini dapat berjaan efektif? Kampanye kelestarian lingkungan hidup dapat diselenggarakan secara intensif kepada anggota Polri dan keluarganya agar mereka mampu mempraktekkan sendiri di dalam kehidupan keluarganya, sehingga nantinya seluruh anggota keluarga dapat menularkan kebiasaan baik tersebut kepada masyarakat di sekitar tempat tinggalnya. Pimpinan Polri juga dapat berperan untuk menyelipkan “green message” atau pesan lingkungan lestari pada setiap arahan atau rapat internal. Kemudian kampanye kepada pelajar dan mahasiswa, dengan maksud agar mereka mempraktekkannya di rumahnya masing-masing. Elemen pemuda ini adalah aset penting yang akan mudah diprovokasi untuk peduli terhadap efek pemanasan global yang sedang melanda. Sasaran kampanye berikutnya adalah pejabat pemerintahan dari tingkat desa, kecamatan dan kabupaten/ kota, dengan harapan di tangan mereka lah kebijakan pengelolaan kebersihan dan penataan kota. Setelah para pejabat pemerintahan, maka masyarakat secara umum kita ajak untuk bersenang-senang mengolah sampah rumah tangganya masing-masing.


Untuk melihat hasil dari kegiatan kampanye ini dilakukan evaluasi berupa pengumpulan pendapat dan pengalaman masyarakat yang telah melaksanakan pengelolaan sampah rumah tangganya, termasuk keluhan masyarakat yang gagal dalam pembuatan kompos. Dari keluhan dan kegagalan ini Babinkamtibmas memberikan masukan berupa saran dan dorongan semangat agar masyarakat tidak putus asa dalam pengelolaan sampah.


Setelah kompos yang dibuat oleh masyarakat berhasil, masyarakat diajak untuk menanam tanaman sesuai kesenangan mereka di lingkungan sekitar tempat tinggalnya (agrohome). Bisa tanaman hias, tanaman pangan, tanaman agrokultur dan lain-lain yang penting masyarakat menikmati hasil dari proyek mereka sendiri. Setelah beberapa bulan berjalan, masyarakat yang berhasil melakukan pengelolaan sampah rumah tangganya dan mengembangkan produksi kompos dari sampah di lingkungannya diundang untuk menjadi peserta pameran lingkungan hidup yang diselenggarakan oleh Polri dan instansi terkait. Untuk menimbulkan kebanggaan di hati masyarakat dan menginspirasi kelompok masyarakat yang lain, kegiatan pameran ini diliput oleh media massa baik lokal maupun nasional dan dipublikasikan secara luas. Jangan lupa untuk menampilkan wawancara dengan masyarakat yang terkesan dengan upaya pelestarian lingkungan hidup yang dilakukan oleh sahabatnya, yaitu Polri melalui tangan Babinkamtibmas.



Semoga tulisan ini dapat menginspirasi rekan-rekan Babinkamtibmas untuk tetap berkarya dengan tulus dan inovatif. Think green, make a change for the better future.

Rabu, 18 Maret 2009

Senangnya Punya Blog

Alhamdulillah..... senangnya punya blog. Mudah-mudahan aku bisa explore apa yang ada di hati dan fikiranku. Lama sekali ingin membuat blog belum ada waktu yang pas dan tentang apa yang paling sesuai karena banyak sekali minatnya, banyak sekali kegiatan bla bla bla.. Horeee sekarang belajar bikin sendiri walau dengan tergagap-gagap......