Sabtu, 22 Agustus 2009

PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA SEBAGAI BUDAYA DAN GAYA HIDUP

Sampah akan terus diproduksi selama manusia masih hidup. Sadarkah kita bahwa itu berarti setiap saat rumah kita bisa memproduksi sampah? Sampah yang dihasilkan dari rumah atau sampah rumah tangga, bisa berasal dari sisa bahan makanan, bungkus makanan, kemasan bahan pembersih rumah tangga, botol syrup, daun-daun kering dari tanaman di pekarangan rumah dan lain-lain.

Mari kita bayangkan apa yang akan terjadi seandainya sampah-sampah yang kita hasilkan itu tidak tertangani dengan tepat. Kita bisa saja berdalih bahwa urusan sampah menjadi tanggung jawab pemerintah melalui dinas kebersihan, namun bijaksanakah kita? Untuk itu marilah sekarang kita belajar mengelola sampah di sekitar kita, mulai dari memilah sampah sesuai jenisnya dan mengolahnya menjadi sesuatu yang memiliki nilai tambah.

Secara teori, industri memiliki kewajiban dalam pengelolaan limbah produksinya sendiri, dan di perusahaan tertentu diwajibkan memiliki instalasi pengolah limbah agar limbah yang dibuang tidak berbahaya bagi lingkungan. Pada akhirnya, banyak industri mengalihkan kewajiban pengelolaan limbah kepada pihak lain yang berminat mengelola limbah industri karena selain praktis mungkin juga nilai ekonomi yang cukup menjanjikan bagi pengelolanya. Lalu bagaimana dengan limbah rumah tangga, siapa yang berkewajiban mengelolanya sehingga tidak membahayakan lingkungan? Hanya perlu jawaban singkat, berani dan bijaksana, yaitu : KITA.

Mengapa sampah harus dikelola?

Tuhan menciptakan bumi dengan berbagai macam makhluk hidup yang tidak terhitung jumlah dan jenisnya, dan masing-masing memiliki peran tersendiri dalam kehidupannya agar dapat bersinergi dan hidup berdampingan dengan makhluk lain. Di dalam tanah terdapat berbagai jenis mikroorganisme yang bertugas menguraikan sampah dan menjadikan sampah sebagai makanan mereka. Namun harus diingat bahwa mikroorganisme tidak bisa menguraikan plastik dan pecahan kaca. Untuk itu kita sebagai manusia produsen sampah, harus mengelola sampah untuk menghindari terjadinya pencemaran tanah oleh bahan-bahan yang dapat membahayakan kesehatan kita dan masa depan anak cucu kita. Tentu kita tidak ingin jika anak cucu kita kelak kelaparan karena tidak dapat menanam padi atau tanaman bahan pangan di tanah yang telah dilapisi oleh plastik bukan?. Semakin luas bidang tanah yang tercemar, maka semakin sempit lahan yang dapat memproduksi bahan pangan.


Pengelolaan sampah sebagai budaya dan gaya hidup

Tidak banyak orang yang tertarik untuk mengelola sampah rumah tangga. Namun, penulis yakin bahwa setiap orang ingin melakukan hal terbaik dalam hidupnya. Tidak menutup kemungkinan bahwa setelah membaca tulisan ini, pembaca yang belum melakukan pengelolaan sampah akan mencoba melakukan pengolahan sampah.

Pengelolaan sampah akan menjadi budaya jika dipelajari dengan benar, dilakukan secara terus menerus, disebarluaskan kepada orang lain pada setiap komunitas minimal pada lingkungan tempat tinggal, dan diajarkan kepada anggota keluarga sejak masih kanak-kanak. Bagaimana orang Jawa bisa memasak rawon? Orang Padang bisa memasak rendang yang digemari banyak orang? Darimana mereka mengetahui bumbunya? Tentu mereka mengenal makanan tersebut sejak masih kecil dari keluarga dan lingkungannya secara turun-temurun. Sama halnya dengan pengelolaan sampah, akan menjadi budaya dan gaya hidup jika dilakukannya dimulai dari pribadi dan keluarga yang sadar dan peduli terhadap kebersihan, kesehatan dan kelestarian lingkungan.

Gaya hidup seseorang tumbuh dan berkembang sesuai trend perkembangan zaman dan “musim” yang sedang menghangat. Seperti halnya blogging, frienster, dan facebook, yang mewabah di kalangan masyarakat penelusur dunia maya, pengelolaan sampah juga bisa menjadi gaya hidup. Untuk itu perlu dikembangkan trend pengelolaan sampah bagi setiap individu agar bumi dan lingkungan hidup kita tetap lestari. Budaya 3R yaitu reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali) dan recycle (daur ulang) sampah rumah tangga harus dipelajari sebagai langkah awal pengembangan gaya hidup sehat yang berwawasan lingkungan.

Pemerintah juga mempunyai peran besar dalam membentuk budaya pengelolaan sampah dengan mengeluarkan regulasi yang secara tegas diterapkan bagi seluruh penduduk. Tentu saja regulasi ini harus disertai dengan penindakan hukum secara konsekuen dan transparan bagi para pelanggarnya. Mungkin dari istilah Tempat Pembuangan Sampah (TPS) bisa diganti dengan Tempat Pengelolaan Sampah (TPS). Singkatannya sama tetapi secara substansial memiliki makna berbeda bukan?.

Metode pengelolaan sampah rumah tangga terus dikaji dan dievaluasi untuk mendapatkan cara paling baik dan efektif. Saat ini banyak pihak terutama para pecinta lingkungan dan praktisi pengelolaan lingkungan hidup, mengembangkan metode pengelolaan sampah secara sederhana agar mudah dipraktekkan oleh semua lapisan masyarakat.

Metode Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Metode pengelolaan sampah rumah tangga yang paling sederhana dan mudah dilakukan oleh siapa saja adalah :

1. Memilah sampah sesuai jenisnya

Di negara maju seperti Jepang, pemilahan sampah sesuai jenisnya sudah menjadi gaya hidup dan dikukuhkan dengan peraturan pemerintah. Sampah yang kita jumpai sehari-hari terdiri dari dua jenis, yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Sampah organic adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup seperti sisa sayuran, daun, rumput, tulang atau duri ikan, kotoran hewan ternak, bangkai binatang dan lain-lain. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari bahan-bahan yang tidak dapat terurai secara alami, seperti kantong plastik, polybag bekas pengharum cucian atau bekas kemasan minyak goreng, pipa PVC (paralon), kaca, dan sebagainya.

Sampah anorganik dapat kita pilah lagi, mana yang dapat didaur ulang dan mana yang tidak. Sampah yang dapat didaur ulang masih memiliki nilai ekonomi yang cukup menjanjikan dan dapat menghidupi orang lain, yaitu pemulung dan keluarganya. Misalnya botol plastik bekas kemasan shampoo, botol kaca bekas syrup dan lain-lain. Namun ada juga sampah anorganik yang tidak memiliki nilai ekonomis dan pemulung tidak mau memanfaatkannya karena tidak laku dijual. Nah, untuk jenis sampah ini dapat kita musnahkan dengan cara dibakar, namun lokasi pembakaran tidak boleh sembarangan dan harus memperhatikan akibat bagi lingkungan sekitar, terutama bau dan asap.

2. Mengolah sampah organik menjadi kompos

Mungkin kita langsung membayangkan alangkah menjijikkannya ketika mendengar kata sampah, apalagi mengolahnya. Sebenarnya mengolah sampah adalah hal yang menyenangkan dan penuh tantangan jika kita memiliki tekad yang kuat untuk membuat bumi kita lebih baik. Diperlukan pengetahuan untuk suksesnya pengolahan sampah, namun hal itu tidaklah sulit dan dapat dipelajari sambil kita mempraktekkannya. Dan hal penting yang harus kita miliki adalah perasaan kasih sayang kepada bumi, perasaan iba kepada ibu pertiwi jika harus bekerja keras menguraikan sampah kita yang bermacam-macam jenisnya.

Mengolah sampah menjadi kompos bukan hal yang sulit. Selain dapat mengurangi efek negatif bagi lingkungan, kompos yang dihasilkan dapat kita manfaatkan sebagai pupuk organik bagi tanaman hias kesayangan kita. Jika kompos yang kita produksi dalam jumlah besar, maka kita dapat menjualnya kepada agen tanaman hias atau kepada masyarakat pecinta tanaman. Jika kita mau beramal, kompos dalam jumlah besar tersebut dapat kita berikan kepada petani untuk meningkatkan hasil pertaniannya. Mudah bukan?

3. Membuat barang kerajinan tangan (handycraft) dari limbah

Sampah anorganik dari bahan plastik atau kertas karton dapat kita manfaatkan sebagai bahan kerajinan tangan (handycraft) yang unik dan lumayan memiliki nilai estetika, tergantung dari kreatifitas kita. Seperti gambar di bawah ini, Polybag bekas kemasan pewangi pakaian dan sabun pencuci piring dimanfaatkan sebagai pot bagi tanaman philodendron, mawar, cabai keriting dan paprika. Cukup mememotong bagian atas, membuat pola bergerigi, dan melubanginya di beberapa tempat untuk sirkulasi udara. Media tanam adalah kompos buatan sendiri dan tanah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar